Personal Blog || Inspirasi | Imajinasi | Kreasi | Informasi | Pendidikan ||

Monday, 25 September 2017

VIRAL MARKETING : CARA MEMBUAT STATUS VIRAL

Viral Marketing: Cara Gampang Bikin Konten yang Dilihat Banyak Orang, Tanpa Perlu Boros Anggaran Iklan.

Bagaimana jika seandainya anda mampu membuat...

  • Produk Anda di lihat JUTAAN orang, tanpa perlu borong anggaran iklan.
  • Website/blog anda dikunjungi RIBUAN orang, tanpa perlu SEO SEO an.
  • Fanspage anda tumbuh dengan cepat, dengan biaya super hemat.

Jawabannya adalah pelajari Viral Marketing.



Viral adalah istilah dimana sebuah konten atau ide menyebar dengan luas dari orang yang satu ke orang yang lain.

Menyebar dari mulut ke mulut.

Words of mouth.

Social media seperti Facebook membuat penyebaran konten dan ide jadi lebih mudah.

Karena orang hanya perlu melakukan 1-2 klik untuk membagikan (share) sebuah konten.

Di social media konten menyebar dari klik ke klik. Words of Mouse. :D







Menyebarnya (viral) sebuah konten atau post di social media bisa itu bukanlah suatu kebetulan.

Viral itu diciptakan.


Ada beberapa faktor yang telah terbukti secara ilmiah di balik viralnya sebuah konten.

Seorang profesor yang bernama Jonah Berger,  menganalisa 10 ribu konten selama bertahun tahun dan menemukan ada 6 kunci mengapa sebuah konten bisa menjadi viral, dan mengapa 1 konten lebih viral dari pada konten yang lain.


Beliau menyebutnya dengan 6 Key S . T . E . P . P . S

Yaitu:

S = Social currency
T = Trigger
E = Emotion
P = Public
P = Practical value
S = Story

6 Faktor ini dijelasin secara detail di bukunya yang berjudul:

Contagious: Why Things Catch On




Tulisan ini tidak akan membahas 6 Faktor tersebut semuanya.
Karena anda tinggal beli aja bukunya.


Disini saya hanya akan membahas 1 faktor yaitu EMOSI.




EMOSI


Seseorang berbagi karena emosi mereka terpengaruh ketika melihat atau membaca suatu konten.

Ada 2 jenis emosi, yaitu:

  •  POSITIF
    contoh: fans barcelona, ketika melihat jagoan nya juara liga, perasaan mereka seneng bukan main dan mereka akan share berita kemenangan jagoannya dan gak berhenti berhenti ngomongin tentang topik itu.
  • NEGATIF

    contoh: orang yang berjiwa nasionalis, membaca kebijakan2 buruk yang dilakukan oleh pemerintah, mereka merasa marah, lalu mereka share konten tsb, dan gak berhenti berhenti ngomongin tentang topik itu




Kita lihat bahwa emosi positif dan negatif sama2 membuat sebuah konten jadi viral dan sering dibicarakan.


Tapi yang membedakan sebuah konten menjadi LEBIH VIRAL daripada konten yang lain bukanlah jenis emosinya melainkan adalah LEVEL EMOSI nya.



Jonah Berger menyebutnya dengan AROUSAL. (lihat gambar)








Semakin tinggi level emosi yang terlibat, maka semakin tinggi keinginan orang membagikan konten tsb.



Kita dapat membuat konten yang mempengaruhi emosi pembacanya agar konten tersebut menyebar dengan luas.


Tapi masalahnya adalah.. ini adalah 1 hal super susah..


Apalagi jika anda seperti saya....
  • males nulis konten
  • gak bisa video editing
  • gak bisa bikin gambar2 yang menarik
  • kurang kreatif
  • sering kali blank dan gak ada ide

Seringkali udah bertapa 1 hari 1 malam, bahkan hingga berbulan bulan, ide ide pun tak kunjung datang...


Solusinya adalah... Contek Aja!

Ngapain pusing pusing. Manfaatkan Facebook.


Di Facebook, kita bisa mencari...
  • konten2 yang terbukti viral (yang banyak like dan share nya)
  • yang sesuai dengan sesuatu yang kita tawarkan

Karena ketika orang membagikan sebuah konten yang melibatkan emosi,
EMOSI mereka tsb di-ekspresi-kan dengan KATA KATA
.




Dan kata2 itu bisa kita cari dan kita temukan :D


Misalnya...


Positif  (high arousal):
  • amazing, awesome, incredible, cool, lol, cute, wow, epic, keren, hahaha, wkwkwk, subhanallah, masya allah, dsb
Negatif (high arousal):
  • w*f, wh*t the f*ck, wh*t the h*ll, bast*rd, parah, gila, anjr*t, kampr*t, bangke, sadis, sialan, terkutuk, astaghfirullah, dsb


Kita bisa mencarinya :D



dan pencarian konten di Facebook jadi makin mudah jika menggunakan sebuah tool yang bernama The Graph.




Buat yang belum punya tools nya bisa kesini: https://thegraph.co/




1. Gunakan Fitur Search STORIES pada The Graph




2. Cari dengan keyword yang Mengekspresikan EMOSI


Kita bisa pake kata kata yang mengekspresikan emosi di atas, di kombinasi dengan topik yang kita cari.

misal: cute cats, amazing talent, lol yoga dsb



3. Jenis Post yang ENGAGING (Mengundang Interaksi)

Setelah kita tau emosi dan topik yang pengen kita cari,
yang perlu di perhatikan adalah JENIS POST yang paling engaging di Facebook yaitu: video, dan photo.





4. Filter berdasarkan WAKTU

Dengan the graph kita bisa memfilter berdasarkan waktu kapan post tersebut di posting.

Jadi kita bisa dapet konten viral yang paling fresh.
atau bahkan kita bisa cari konten2 viral di masa lalu untuk kita post ulang. :D





5. Lihat RASIO Like dan Share

Ini yang paling PENTING.

Dari hasil pengamatan dan percobaan saya sendiri,
yang menentukan konten tersebut jadi viral atau nggak itu BUKAN JUMLAH like, komen atau sharenya.

Karena JUMLAH interaksi itu relatif.

Tergantung reach atau jangkauan dari konten tersebut

Fanspage yang jumlah fans nya banyak pasti dapet jumlah interaksi yang banyak juga di setiap postnya karena reach / jangkauan organik nya besar.

Yang perlu di perhatikan adalah RASIO atau perbandingan jumlah LIKE dengan SHARE.

Suatu post berpotensi viral apabila SHARE di banding LIKE adalah 20% atau lebih.

dan semakin besar rasio tsb, potensi viralnya makin besar.

contoh,
  • Post A: 1000 like, 200 share -> potensi viral.
  • Post B: 1000 like, 1000 share -> viral
  • Post C: 1000 like, 2000 share -> viral banget

Sekali lagi, patokannya bukan jumlah interaksi. Tapi RASIO like dan share.

Dan bila kita nemu post yang berpotensi viral, kita bisa contek post tsb dan boost reach nya dengan di iklanin beberapa dollar aja..

TIPS: Komentar juga membuat sebuah post naik di newsfeed. Sebisa mungkin persuasi audience untuk meninggalkan komentar. Misalnya: "what do you think?" atau "caption it". dsb



6. Target Audience yang sesuai


Setelah kita mendapatkan konten yang tepat, konten tersbut haruslah di lihat oleh orang yg tepat.

Tentunya kalo kita mau ngiklain post yang viral, kita targeting ke ke audience yang sesuai dengan topik tersebut :D

Jangan iklan in video anjing lucu ke audience yusuf mansyur. Gak nyambung :D



KLIK Gambar di bawah ini untuk Melihat DEMONYA



atau link berikut ini: http://bit.ly/tg3viraldemo






Penasaran hasilnya?


1. Meningkatkan jangkauan (reach) fanspage

screenshot di bawah ini Fanspage milik milik salah satu member the graph, Finan Akbar, mendapatkan lebih dari 30 juta video view, dan 1 juta share, TANPA Iklan.

Jumlah fans nya meningkat dari 4 ribu fans menjadi 61 fans dalam beberapa hari saja.





Ini beberapa post yang pernah saya bikin sendiri maupun saya kopas dari FP sebelah lalu saya iklanin beberapa dollar aja :D








2. Jualan Laris Manis


Gimana kalo seandainya post kita jadi viral banget, di lihat oleh jutaan orang, terus di dalam nya ada sedikit jualan.. :D

Produk kita di lihat lebih banyak orang dengan biaya iklan yang sangat rendah.









3. Meningkatkan Pengunjung Website / Blog

Klo kita mengharapkan traffic dari search engine,  riset kita adalah mencari keyword yang kompetisinya mudah dan banyak dicari orang.

kemudian kita mengoptimasi keyword tsb sedemikian rupa dan "berharap" bisa masuk halaman pertama google dan traffic mulai berdatangan.

Gimana riset untuk dapet traffic dar social media?

Cari artikel/video yg mendorong banyak interaksi dan banyak di share, ambil ide nya, tulis ulang dan promosikan via Facebook ads.

Lebih sip lagi kalo jago SEO dan jago social media.. dapet traffic nya dari search engine, terus pengunjung nge share ke social media.












Menarik bukan?


The Graph telah membantu lebih dari 8851+ internet marketer seperti Anda untuk melejitkan bisnisnya,


Sebuah aplikasi karya anak bangsa, yang lahir dari hasil riset selama berbulan2 dengan biaya pengembangan ratusan juta.



Anda hanya butuh 3 menit untuk bisa menikmati manfaatnya.

Klik link di bawah ini untuk memilikinya:


>> https://thegraph.co/live









Semoga bermanfaat.




::LOWONGAN KERJA::
TERBUKTI: Modal CUMA 10rb, penghasilan sampai 6jt/bln.
Segera daftar, info lebih lanjut klik disini : http://www.mahkotaprofit.com/?id=sukses1
(y)

Investasi Reksa Dana, Hukumnya Halal atau Haram?

Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang mayoritas Islam pasti berpikir untuk menjalani kehidupan dengan berpegang teguh pada aturan agama, termasuk dalam berinvestasi. Selama ini, masyarakat Islam cenderung memilih emas sebagai investasi utama karena dijamin kehalalannya dan memang sudah turun-temurun. Namun, bagaimana dengan investasi lain, seperti reksa dana?
Menjawab keraguan tersebut, DSN MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) telah mengeluarkan fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001 yang membolehkan kaum muslim untuk berinvestasi reksa dana, namun dalam bentuk reksa dana syariah.


Akad Investasi Syariah dan Instrumennya

Halal Haram
Investasi Halal via pakistan.pk

Anda dapat bernafas lega karena sekarang ini banyak instrumen keuangan yang mengedepankan syariah dalam pengelolaannya. Sehingga dalam hukum jual beli atau muamalah diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan syariah. Begitu pula dengan investasi reksa dana syariah, telah banyak bermunculan dan terikat dengan dua akad, yaitu wakalah dan mudharabah.
Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh suatu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Akad ini merupakan kesepakatan antara penanam modal dengan manajer investasi yang berwenang mengelola dana investasi reksa dana. Dengan demikian penanam modal mempercayakan modal usahanya dan memberikan mandat kepada manajer investasi untuk melakukan kegiatan investasi untuk tujuan yang telah disepakati sesuai dengan yang telah tertera di prospektus reksa dana.
Sementara itu, mudharabah adalah pelimpahan harta seseorang kepada orang lain untuk diperdagangkan sesuai dengan ketentuan dan hasilnya akan dibagi antara kedua belah pihak. Tentu saja ini sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati dan berlaku bagi penanam modal atau investor dan manajer investasi.
Instrumen investasinya sendiri, yaitu reksa dana syariah merupakan kumpulan aset yang dikelola oleh manajer investasi. Bentuk asetnya sendiri beraneka ragam, seperti deposito, surat utang (obligasi), dan saham. Dalam penerapan investasinya, reksa dana syariah akan mengedepankan dan menjunjung tinggi prinsip syariah.
Bentuk aset yang berupa deposito dan obligasi sesuai dengan prinsip syariah apabila menggunakan akad ijarah atau sewa-menyewa maupun mudharabah atau bagi hasil.
Sementara itu, saham juga diperbolehkan oleh MUI. Hal tersebut berdasarkan fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Pasar Modal. Syarat perusahaan yang menerbitkan reksa dana saham adalah tidak menjalankan kegiatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, seperti usaha perjudian; lembaga keuangan konvensional (ribawi); ataupun memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram maupun barang dan jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat (tidak memiliki manfaat).
Selain itu pula, transaksi dalam reksa dana saham harus sesuai dengan ajaran Islam. Jadi tidak mengandung unsur judi atau tanpa alasan yang jelas, transaksi menggunakan margin, transaksi jual terlebih dahulu baru membeli (short selling), dan transaksi memanfaatkan informasi orang dalam (insider trading).
Sementara itu, beberapa contoh saham yang dinilai telah sesuai dengan prinsip syariah  akan tercantum dalam Daftar Efek Syariah (DES), Jakarta Islamic Index (JII), dan Indonesia Sharia Stock Index (ISSI). Untuk itu, manajer investasi harus mengelola reksa dana syariah sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
Sementara itu keunggulan reksa dana syariah dengan deposito maupun obligasi syariah adalah keuntungannya yang lebih tinggi. reksa dana syariah dalam lima tahun terakhir terbukti memberikan keuntungan investasi (return) sekitar 40-71%. Data tersebut berdasarkan Bareksa. Itu berarti, setiap tahun, rata-rata keuntungan reksa dana syariah mencapai 8-14% dan tidak dipotong pajak. Anda dapat membandingkan bagi hasil deposito syariah yang rata-rata hanya memberikan keuntungan 5% per tahun dan masih harus dipotong pajak.
Selain itu, jika Anda ingin berinvestasi saham syariah tanpa memiliki literasi keuangan mengenai pasar modal, reksa dana saham syariah menjadi pilihan yang cocok. Anda hanya perlu menitipkan dan mempercayakan modal Anda untuk dikelola oleh manajer investasi yang telah ahli dan piawai dalam mengelola investasi sehingga dapat dengan cermat menilai perusahaan dan situasi perekonomian.
Namun demikian, Anda pun harus berhati-hati dalam melakukan investasi reksa dana saham. Tingginya return juga sejalan dengan resiko yang tingi pula. Resiko yang paling mempengaruhi kinerja reksa dana saham konvensional maupun syariah adalah risiko fluktuasi NAB (Nilai Aktiva Bersih) per unit. Hal tersebut karena reksa dana saham menggunakan portofolio yang mayoritas berisi saham sehingga pergerakan NAB per unitnya pun mengikuti pergerakan saham yang fluktuatif.

Reksa Dana Itu Halal

Jadi, Anda sudah tidak perlu takut lagi untuk melakukan investasi reksa dana. Kenapa? Karena MUI sudah menyatakan kalau investasi itu halal. Meskipun begitu, yang harus digunakan adalah produk reksa dana syariah. Daftar sekarang, dan tambah kekayaan Anda dengan produk investasi tersebut!



::LOWONGAN KERJA::
TERBUKTI: Modal CUMA 10rb, penghasilan sampai 6jt/bln.
Segera daftar, info lebih lanjut klik disini : http://www.mahkotaprofit.com/?id=sukses1
(y)
 


Sunday, 24 September 2017

CARA OLAH DATA MENGGUNAKAN EVIEWS

Tutorial Regresi Data Panel dengan Eviews
Regresi Data Panel dengan Eviews

Tutorial Regresi Data Panel dengan Eviews

Regresi Data Panel merupakan jenis uji regresi yang mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu terdapat kombinasi antara data runtut waktu atau time series dan data cross sectional. Sehingga regresi data panel sering juga disebut sebagai regresi longitudinal. Dalam kesempatan ini, kami akan coba menjelaskan Tutorial Regresi Data Panel dengan Eviews secara langkah demi langkah agar mudah dipahami oleh para pembaca.

Menyiapkan Data Untuk Tutorial Regresi Data Panel dengan Eviews

Dalam artikel kali ini, anda semua mungkin akan menemui kesulitan jika tidak membaca artikel kami sebelumnya, yang membahas bagaimana cara input data panel ke eviews. Dalam artikel tersebut dibahas bagaimana cara mempersiapkan data yang akan digunakan dalam regresi data panel dalam bentuk file excel. Kemudian cara mengimpor dalam eviews dari file excel yang sudah disiapkan sebelumnya.
Oleh karena itu, saya asumsikan bahwa para pembaca telah mempelajari artikel tersebut, sehingga dalam Tutorial Regresi Data Panel dengan Eviews ini, para pembaca tinggal jalan saja. Cara lain untuk mempermudah pemahaman Tutorial Regresi Data Panel dengan Eviews ini, kami sudah siapkan file kerjanya. Silahkan anda download saja Di SINI.

Setelah anda impor data dari excel sesuai petunjuk dan sudah benar dalam deklarasi cross section series dan time series, maka anda telah siap mencoba tutorial ini.
Silahkan anda perhatikan pada jendela utama aplikasi eviews yang sudah berisi data sesuai contoh dalam link download. Di mana ada 3 variabel bebas, yaitu X1, X2 dan X3 serta satu variabel terikat yaitu Y. Dan variabel “negara” sebagai cross section serta “tahun” sebagai Time series. Jika langkah anda benar, tampilannya seperti berikut:
File Kerja Data Panel Pada EViews
File Kerja Data Panel Pada EViews
Perlu anda ingat baik-baik, jendela di atas kita beri istilah sebagai “Jendela Workfile.”

Tahapan Regresi Data Panel dengan Eviews

Sebelum kita bicara lebih jauh tentang tutorial regresi data panel dengan eviews ini, sedikit review kembali, bahwasanya dalam regresi data panel ada beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah menentukan metode yang tepat, apakah akan menggunakan common effect (pooled least square), fixed effect ataukah random effect. Agar lebih jelas pemahaman anda, silahkan baca artikel kami tentang: Penjelasan Metode Regresi Data Panel.
Berdasarkan petunjuk dalam artikel tentang regresi data panel tersebut, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Intinya antara lain: Chow Test, Hausman Test dan Lagrangian Multiplier. Agar dapat melalui tahapan tersebut, langkah pertama yang harus dilakukan oleh para pembaca adalah menganalisis Pooled Least Square (PLS) atau Common Effect (CE).

Chow Test Regresi Data Panel dengan Eviews

Analisis Common Effect dengan Eviews

Agar dapat melakukan uji common effect, harap para pembaca klik tombol: Quick -> Estimate Equation. Maka akan tampil jendela seperti di bawah ini: 
Regresi Data Panel dengan Eviews
Regresi Data Panel dengan Eviews
Silahkan anda ketik pada kotak Equation Spesification, persamaan regresi data panel yang akan dibuat. Dalam hal ini karena melibatkan 3 variabel bebas, yaitu X1, X2 dan X3 serta Y sebagai variabel terikat, Maka bentuk persamaan regresi data panel yang harus diketikkan adalah: “y c x1 x2 x3” (tanpa tanda kutip).
Pada method anda pilih LS and AR. Kemudian pastikan tahun atau time series yang akan dimasukkan dalam analisis sudah sesuai. Misalnya dalam tutorial regresi data panel dengan eviews ini adalah tahun 1960 sampai dengan tahun 1978.

Memilih Common Effect

Selanjutnya adalah anda klik tab “Panel Options” dan pada combo box cross-section, silahkan anda biarkan “none.” Combo box “Period” juga biarkan “none.” GLS Weight biarkan “No Weights” serta pada Coef covariance method biarkan “Ordinary.” Tampilannya sebagai berikut:
Common Effect Regresi Data Panel dengan Eviews
Common Effect Regresi Data Panel dengan Eviews
Jendela di atas anda ingat baik-baik sebagai “Jendela Equation estimation.”
Selanjutnya anda klik tombol “OK.” Maka akan terbuka sebuah window baru seperti di bawah ini:

Output Common Effect Regresi Data Panel dengan Eviews
Output Common Effect Regresi Data Panel dengan Eviews
Di atas adalah output hasil analisis common effect. Namun karena dalam tahapan ini kita tidak akan menjelaskan output tersebut, melainkan sebagai langkah untuk melakukan chow test, maka biarkan saja output tersebut seperti itu. Namun perlu anda ingat baik-baik kembali, jendela di atas kita beri nama “Jendela Equation.”

Analisis Fixed Effect dengan Eviews

Langkah berikutnya adalah kita melakukan analisis Fixed Effect. Caranya adalah, pada “Jendela Equation” anda klik tombol Proc -> Specify/Estimate, maka akan muncul kembali “Jendela Equation Estimation.” Silahkan anda klik tab “Panel Options” pada jendela tersebut:
Fixed Effect Regresi Data Panel dengan Eviews
Fixed Effect Regresi Data Panel dengan Eviews
Pada combo box Cross-section anda ganti “none” menjadi “Fixed.” Itu artinya anda akan melakukan analisis Fixed Effect. Kemudian anda klik tombol OK. Jika langkah anda benar, “Jendela Equation” akan berubah tampilannya seperti di bawah ini:
Output Fixed Effect Regresi Data Panel dengan Eviews
Output Fixed Effect Regresi Data Panel dengan Eviews

Chow Test dengan Eviews

Biarkan saja “Jendela Equation” tersebut seperti itu. Tugas anda berikutnya adalah masuk pada tahapan chow test. Caranya adalah pada “Jendela Equation” anda klik tombol View -> Fixed/Random Effect Testing -> Redundant Fixed Effect – Likelihood Ratio. Maka “Jendela Equation” akan berubah tampilannya sebagai berikut:
Output Chow Test Regresi Data Panel dengan Eviews
Output Chow Test Regresi Data Panel dengan Eviews
Anda lihat pada output di atas, yaitu pada baris “Cross-section Chi-square” kolom Prob. (Dalam lingkaran merah gambar di atas). Di mana dalam tutorial ini nilainya adalah 0,0000. Cara interprestasi Chow Test berdasarkan nilai tersebut. Yaitu jika nilai Prob. Cross-section Chi-square < 0,05 maka kita akan memilih fixed effect dari pada common effect. Dan sebaliknya jika nilainya > 0,05 maka kita akan memilih common effect daripada fixed effect.
Berdasarkan gambar di atas, maka dalam tutorial ini nilai prob sebesar 0,000 < 0,05 maka chow test memilih fixed effect.

Tahapan Setelah Chow Test

Perlu anda perhatikan baik-baik, jika seandainya chow test memilih fixed effect, maka langkah selanjutnya adalah melakukan random effect kemudian melakukan hausman test untuk memilih fixed effect ataukah random effects. Namun jika chow test ternyata memilih common effect, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah uji random effect kemudian uji Lagrangian multiplier test untuk menentukan apakah aka memilih common effect ataukah random effect.
Agar artikel tentang Regresi Data Panel dengan Eviews ini tidak terlalu panjang, kiranya saya cukupkan terlebih dahulu sampai disini. Tetapi para pembaca jangan khawatir, sebab kelanjutan dari regresi data panel dengan eviews ini telah kami sajikan dalam artikel berikutnya yang berjudul: Hausman Test Regresi Data Panel dengan Eviews, Tutorial Lagrange  Multiplier Test dengan Eviews dan Cara Membaca Regresi Data Panel dengan Eviews.
Kiranya itu yang bisa kami sampaikan tentang Regresi Data Panel dengan Eviews dalam kesempatan ini. Dan semoga artikel ini dapat anda serap sedikit ilmunya agar bermanfaat untuk tugas akhir kuliah anda atau penelitian anda yang sedang anda kerjakan. Salam Statistik.
.
.
.
Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa =D

::LOWONGAN KERJA::
TERBUKTI: Modal CUMA 10rb, penghasilan sampai 6jt/bln.
Segera daftar, info lebih lanjut klik disini : http://www.mahkotaprofit.com/?id=sukses1
(y)
.



 




DATA PANEL TIDAK PERLU UJI AUTOKORELASI: UJI ASUMSI KLASIK (AUTOKORELASI, HETEROSKEDASTISITAS, MULTIKOLINERITAS DAN NORMALITAS) UNTUK DATA PANEL (DENGAN SPSS, EVIEWS DAN STATA)

Assalammualikum...
Bismillahirrahmanirrahim…

Sebelum saya bicara lebih lanjut, pertama-tama anda harus berjanji untuk membaca tulisan ini SECARA TUNTAS DAN BERURUTAN agar anda tidak tersesat! Serius. Saya yakin sekarang anda berada dalam posisi yang sangat sulit, sulit mencari tutorial baik di blog maupun di youtube mengenai tutorial uji asumsi klasik untuk data panel yang anda miliki. Kata kunci google anda dipenuhi dengan kalimat-kalimat: uji heteroskedastisitas data panel eviews, uji autokorelasi data panel SPSS, blablabla… Tapi tak satupun blog maupun youtube yang membahasnya. Kalaupun anda, paling-paling mereka hanya menjelaskan Uji regresi data panel dengan Eviews! Benar bukan? Tenang saja, saya juga pernah berada pada posisi yang sama dengan anda saat ini. Hal ini karena satu alasan mendasar: LOGIKA “UJI ASUMSI KLASIK” BELUM ANDA PAHAMI SECARA TUNTAS. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan: dosen anda tidak pernah mengajarkan, dosen anda mengajarkan tidak tuntas, atau dosen anda mengajarkan dengan baik tapi anda malah buka Instagram di pojokan… Hehehe

Oke, sebelum kita bicara tentang uji asumsi klasik, saya harus pastikan dulu bahwa data yang anda miliki memang data panel. Seperti yang kita ketahui, data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Seperti contoh data saya sebagai berikut:
  

Data diatas merupakan data contoh date panel, dengan unit cross section berupa kode saham bank (AGRO, BABP, BACA, etc.) dan dengan unit time series berupa tahun (2010-2014). Adapun CAR, NPL, LDR, TDR dan EAR merupakan variabel independen sedangkan variabel dependennya yaitu ROA. Untuk anda yang berasal dari jurusan ekonomi pasti tidak dengan asing lagi dengan variabel-variabel tersebut, ya mereka adalah variabel-variabel pengukur kinerja perbankan. Tapi, untuk lebih memudahkan, maka vaiabel-variabel independen tadi saya ganti dengan X1, X2, X3, X4 dan X5 sedangkan variabel dependen akan saya ganti dengan Y.

Bila anda ingin melakukan uji asumsi klasik dan uji regresi data panel baik dengan SPSS maupun Eviews maka “WAJIB” hukumnya anda mengikuti format data seperti diatas. Saran saya, data tersebut anda ketikkan dalam Microsoft Excel, sehingga anda mudah mengkopinya ke SPSS atau ke Eviews. Oke, setelah anda memastikan bahwa data yang anda miliki memang benar data panel, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan uji asumsi klasik. Ya, sebelum kita melakukan uji regresi maka terbebas dari pelanggaran uji asumsi klasik adalah syarat “wajib” yang data anda harus penuhi terlebih dulu. Bicara soal common effect, fixed effect dan random effect nanti belakangan. Fokus saja dulu disini!

1. Uji Autokorelasi
Apa yang dimaksud dengan uji autokorelasi? Apa tujuannya uji autokorelasi? Uji autokorelasi ditujukan untuk melihat apakah observasi pada tahun t dipengaruhi oleh tahun sebelumnya (t-1). Sebagai contoh dengan menggunakan data saya, maka analoginya apakah data tahun 2012 mendapatkan pengaruh dari tahun 2011? Inilah yang coba dijawab oleh uji autokorelasi. Bila terdapat pengaruh, maka dikatakan pada data tersebut terdapat masalah autokorelasi. Lalu, kita kembali kepada data panel. Coba anda amati contoh data saya baik-baik! Data tahun 2014 dari bank AGRO berbatasan langsung dengan data tahun 2010 dari bank BABP. Apakah bisa kita memperbandingkan data dari dua perusahaan yang berbeda? Jawabannya tidak bisa saudara-saudara. Eits, tunggu dulu, sepertinya anda berfikir saya mengada-ada. Yang perlu anda ketahui sebenarnya adalah “TIDAK ADA YANG NAMANYA UJI ASUMSI KLASIK UNTUK DATA PANEL”. Untuk melakukan uji asumsi klasik, maka kedudukan data anda harus jelas, apakah modelnya time series atau cross section!!! Lalu bagaimana dengan contoh data saya? Coba anda perhatikan baik-baik data saya! Lebih mendekati mana, time series atau cross section? Ya, “Data panel sama dengan data cross section”. Jawabannya sederhana, data time series tidak akan mengulang-ngulang periode! Lihat data saya! 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, lalu… kembali ke 2010… Lalu bagaimana dengan uji autokorelasinya? Sekali lagi saya bertanya, apa tujuan uji autokorelasi? “untuk mengetahui apakah data pada periode sebelumnya mempengaruhi data pada periode sekarang”, lalu apakah kita bisa membandingkan data AGRO tahun 2014 dengan data BABP tahun 2010? Atau dengan kata lain, apakah kita bisa mengatakan data yang dikeluarkan perusahaan BABP pada tahun 2010 mendapatkan pengaruh oleh data yang dikeluarkan oleh AGRO pada tahun 2014??? It’s making no sense, right? TIDAK MASUK AKAL masbro mbabro…  Hadehh. Maka dari itu, Uji Autokorelasi hanya ditujukan untuk data yang bersifat time series! Kan jadi masuk akal jika saya membandingkan data AGRO tahun 2010 ke 2011, data tahun 2011 ke 2012, dst. Right? So, jawaban dari pergelutan anda mengenai uji autokorelasi pada data panel adalah… TIDAK ADA UJI AUTOKORELASI PADA DATA PANEL!!! Kalaupun ada skripsi atau jurnal yang melakukan uji autokorelasi, maka hasil ujinya “tidak memiliki makna sama sekali” atau cuma buat nambah-nambah tebal halaman saja…

2. Uji Heteroskedastisitas
Kembali pada pertanyaan yang sama dengan uji autokorelasi… Apa yang dimaksud uji heteroskedastisitas? Apa tujuannya? Uji ini dilakukan untuk melihat apakah varians variabel dalam model regresi sama atau tidak. Jika sama maka disebut homoskedastisitas, jika tidak disebut heteroskedastisitas. Masih bingung??? Tanya aja mbah google, jujur saya juga masih bingung sama defenisi dan tujuannya. Tujuan saya adalah untuk memberikan anda pemahaman pada hubungan uji asumsi klasik dengan data panel, jadi masalah lain Insha ALLAH banyak kok pembahasannya (padahal gak tau sebenarnya hehe).  Intinya, uji heteroskedastisitas wajib digunakan , mau anda menggunakan data time series, cross section dan data panel sekalipun! Apakah anda sudah coba dan gagal? Tenang saja, ada banyak metode uji heteroskedastisitas, kalau yang satu gagal cari yang lain sampai berhasil. Dan itu hukumnya “sah-sah saja” hehe. Beberapa metodenya antara lain: Analisis grafik, metode Glejser, metode Park, metode White, metode Rank Spearman dan metode Goldfeld-Quandt. Dan perlu anda ingat, saat ingin melakukan uji ini di aplikasi Eviews, bentuk data anda tidak boleh “Pooled” tapi dengan model biasa. Caranya? Googling saja, banyak kok di youtube. Saran saya, karena aplikasi Eviews susah-susah gampang, pakai SPSS saja. Serius, daripada anda kebingungan pakai SPSS saja! Hehe.

3. Uji Multikolinearitas
Langsung saja, uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah terjadi korelasi linear yang mendekati sempurna antara lebih dari dua variabel bebas. Jadi intinya, yang diperbandingkan adalah variabelnya, bukan data-datanya! So, uji multikolinearitas sama dengan uji heteroskedastisitas juga hukumnya “WAJIB” dilakukan! Uji ini dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance inflation factor) dan nilai Tolerance (TOL) setiap variabel. Yang perlu anda ketahui, adalah bahwa nilai VIF = 1/TOL. Jadi kalo didapatkan TOL = 2, maka nilai VIF-nya? Ya, 0.5 alias 1/2. Standar aman variabel anda dikatakan bebas dari masalah multikolinearitas adalah jika nilai VIF-nya kurang dari 10 dan/atau nilai TOL-nya lebih besar dari 0,10 (0,10 ini bukan berasal dari nilai alpha, seperti 0.1, 0.05, atau 0.01). Caranya? Silahkan di googling, ada ratusan tutorialnya. Saran saya sekali lagi, pakai SPSS! (tanpa bermaksud merendahkan Eviews atau STATA hehe).

4. Uji Normalitas
Nah ini dia salah satu uji asumsi klasik yang harus anda pahami logikanya sama dengan uji autokorelasi. Uji normalitas dan uji autokorelasi adalah partner in crime melawan DATA PANEL. Oke, kembali ke laptop. Sebelumnya anda harus tahu persis apa sih tujuannya uji normalitas? Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data anda terdistribusi secara normal atau tidak. Bila pada data anda terdapat nilai-nilai ekstrim sebagai contoh seperti -876 atau +876 sedangkan rata-rata data anda berkisar +/-20, maka data anda tidak terdistribusi secara normal. Lalu, bagaimana dengan rasio keuangan perusahaan? Perhitungan mereka sudah seperti itu, masa kita mau salahkan perusahaan yang mengeluarkan data yang jauh beda dengan nilai rata-rata data perusahaan lain??? Eits… sabar dulu. Kita kembali pada tujuan uji normalitas, tujuannya adalah untuk mengetahui “APAKAH DATA TIDAK MELENCENG TERLALU JAUH DARI NILAI RATA-RATA”. So, bila yang anda gunakan berasal dari data sekunder apalagi bersifat panel dengan sampel yang lebih dari satu perusahaan, maka anda “dianjurkan” untuk tidak melakukan uji normalitas. Alasannya sama dengan uji autokorelasi, hasilnya tidak akan ada artinya sama sekali!!! Maka dari itu, uji normalitas biasanya dilakukan karena anda menggunakan data primer, terjun langsung ke lapangan, pakai kuesioner dan sebagainya. Lalu pertanyaannya, apakah semua data sekunder tidak harus melakukan uji normalitas??? Eits, jangan cepat ambil kesimpulan dulu. Anda tetap wajib melakukan uji normalitas jika anda mengamati satu perusahaan saja, meskipun datanya bersifat sekunder.

Oke, sebagai kesimpulan, bagi anda-anda yang memiliki data panel dan hendak melakukan uji asumsi klasik, maka yang diwajibkan bagi anda adalah uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Untuk uji autokorelasi dan normalitas sebaiknya tidak dilakukan, karena hasilnya tidak memberikan makna sama sekali. Dan sekali lagi, tidak ada uji asumsi klasik khusus untuk data panel, karena uji asumsi klasik hanya untuk data yang posisinya jelas apakah time series atau cross section, adapun data panel sendiri lebih bersifat cross section. Adapun untuk uji regresinya silahkan anda menggunakan regresi data panel yang disediakan aplikasi Eviews. Caranya? Silahkan di googling hehe…
Wassalam.
===============

Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa =D

::LOWONGAN KERJA::
TERBUKTI: Modal CUMA 10rb, penghasilan sampai 6jt/bln.
Segera daftar, info lebih lanjut klik disini : http://www.mahkotaprofit.com/?id=sukses1
(y)
.
Silahkan : Like Share Comment Tag