Assalammualikum...
Bismillahirrahmanirrahim…
Sebelum saya bicara lebih lanjut, pertama-tama anda harus berjanji untuk membaca tulisan ini SECARA TUNTAS DAN BERURUTAN agar anda tidak tersesat! Serius. Saya yakin sekarang anda berada dalam posisi yang sangat sulit, sulit mencari tutorial baik di blog maupun di youtube mengenai tutorial uji asumsi klasik untuk data panel yang anda miliki. Kata kunci google anda dipenuhi dengan kalimat-kalimat: uji heteroskedastisitas data panel eviews, uji autokorelasi data panel SPSS, blablabla… Tapi tak satupun blog maupun youtube yang membahasnya. Kalaupun anda, paling-paling mereka hanya menjelaskan Uji regresi data panel dengan Eviews! Benar bukan? Tenang saja, saya juga pernah berada pada posisi yang sama dengan anda saat ini. Hal ini karena satu alasan mendasar: LOGIKA “UJI ASUMSI KLASIK” BELUM ANDA PAHAMI SECARA TUNTAS. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan: dosen anda tidak pernah mengajarkan, dosen anda mengajarkan tidak tuntas, atau dosen anda mengajarkan dengan baik tapi anda malah buka Instagram di pojokan… Hehehe
Oke, sebelum kita bicara tentang uji asumsi klasik, saya harus pastikan dulu bahwa data yang anda miliki memang data panel. Seperti yang kita ketahui, data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Seperti contoh data saya sebagai berikut:
Data diatas merupakan data contoh
date panel, dengan unit cross section
berupa kode saham bank (AGRO, BABP, BACA, etc.) dan dengan unit time series
berupa tahun (2010-2014). Adapun CAR, NPL, LDR, TDR dan EAR merupakan variabel
independen sedangkan variabel dependennya yaitu ROA. Untuk anda yang berasal
dari jurusan ekonomi pasti tidak dengan asing lagi dengan variabel-variabel
tersebut, ya mereka adalah variabel-variabel pengukur kinerja perbankan. Tapi,
untuk lebih memudahkan, maka vaiabel-variabel independen tadi saya ganti dengan
X1, X2, X3, X4 dan X5 sedangkan variabel dependen akan saya ganti dengan Y.
Bila anda ingin melakukan uji asumsi klasik dan uji regresi data panel baik dengan SPSS maupun Eviews maka “WAJIB” hukumnya anda mengikuti format data seperti diatas. Saran saya, data tersebut anda ketikkan dalam Microsoft Excel, sehingga anda mudah mengkopinya ke SPSS atau ke Eviews. Oke, setelah anda memastikan bahwa data yang anda miliki memang benar data panel, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan uji asumsi klasik. Ya, sebelum kita melakukan uji regresi maka terbebas dari pelanggaran uji asumsi klasik adalah syarat “wajib” yang data anda harus penuhi terlebih dulu. Bicara soal common effect, fixed effect dan random effect nanti belakangan. Fokus saja dulu disini!
1. Uji Autokorelasi
Apa yang dimaksud dengan uji
autokorelasi? Apa tujuannya uji autokorelasi? Uji autokorelasi ditujukan untuk
melihat apakah observasi pada tahun t dipengaruhi oleh tahun sebelumnya (t-1). Sebagai
contoh dengan menggunakan data saya, maka analoginya apakah data tahun 2012
mendapatkan pengaruh dari tahun 2011? Inilah yang coba dijawab oleh uji
autokorelasi. Bila terdapat pengaruh, maka dikatakan pada data tersebut
terdapat masalah autokorelasi. Lalu, kita kembali kepada data panel. Coba anda
amati contoh data saya baik-baik! Data tahun 2014 dari bank AGRO berbatasan
langsung dengan data tahun 2010 dari bank BABP. Apakah bisa kita
memperbandingkan data dari dua perusahaan yang berbeda? Jawabannya tidak bisa
saudara-saudara. Eits, tunggu dulu, sepertinya anda berfikir saya mengada-ada. Yang
perlu anda ketahui sebenarnya adalah “TIDAK ADA YANG NAMANYA UJI ASUMSI KLASIK
UNTUK DATA PANEL”. Untuk melakukan uji asumsi klasik, maka kedudukan data anda
harus jelas, apakah modelnya time series
atau cross section!!! Lalu bagaimana
dengan contoh data saya? Coba anda perhatikan baik-baik data saya! Lebih mendekati
mana, time series atau cross section? Ya, “Data panel sama dengan data cross section”. Jawabannya sederhana,
data time series tidak akan mengulang-ngulang periode! Lihat data saya! 2010,
2011, 2012, 2013, 2014, lalu… kembali ke 2010… Lalu bagaimana dengan uji autokorelasinya?
Sekali lagi saya bertanya, apa tujuan uji autokorelasi? “untuk mengetahui
apakah data pada periode sebelumnya mempengaruhi data pada periode sekarang”,
lalu apakah kita bisa membandingkan data AGRO tahun 2014 dengan data BABP tahun
2010? Atau dengan kata lain, apakah kita bisa mengatakan data yang dikeluarkan
perusahaan BABP pada tahun 2010 mendapatkan pengaruh oleh data yang dikeluarkan
oleh AGRO pada tahun 2014??? It’s making no sense, right? TIDAK MASUK AKAL
masbro mbabro… Hadehh. Maka dari itu,
Uji Autokorelasi hanya ditujukan untuk data yang bersifat time series! Kan jadi masuk akal jika saya membandingkan data AGRO
tahun 2010 ke 2011, data tahun 2011 ke 2012, dst. Right? So, jawaban dari
pergelutan anda mengenai uji autokorelasi pada data panel adalah… TIDAK ADA UJI
AUTOKORELASI PADA DATA PANEL!!! Kalaupun ada skripsi atau jurnal yang melakukan
uji autokorelasi, maka hasil ujinya “tidak
memiliki makna sama sekali” atau cuma buat nambah-nambah tebal halaman saja…
2. Uji Heteroskedastisitas
Kembali pada pertanyaan yang sama
dengan uji autokorelasi… Apa yang dimaksud uji heteroskedastisitas? Apa tujuannya?
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah varians variabel dalam model regresi
sama atau tidak. Jika sama maka disebut homoskedastisitas, jika tidak disebut
heteroskedastisitas. Masih bingung??? Tanya aja mbah google, jujur saya juga
masih bingung sama defenisi dan tujuannya. Tujuan saya adalah untuk memberikan
anda pemahaman pada hubungan uji asumsi klasik dengan data panel, jadi masalah
lain Insha ALLAH banyak kok pembahasannya (padahal gak tau sebenarnya hehe). Intinya, uji heteroskedastisitas wajib
digunakan , mau anda menggunakan data time series, cross section dan data panel
sekalipun! Apakah anda sudah coba dan
gagal? Tenang saja, ada banyak metode uji heteroskedastisitas, kalau yang satu
gagal cari yang lain sampai berhasil. Dan itu hukumnya “sah-sah saja” hehe.
Beberapa metodenya antara lain: Analisis grafik, metode Glejser, metode Park,
metode White, metode Rank Spearman dan metode Goldfeld-Quandt. Dan perlu anda
ingat, saat ingin melakukan uji ini di aplikasi Eviews, bentuk data anda tidak
boleh “Pooled” tapi dengan model biasa. Caranya? Googling saja, banyak kok di
youtube. Saran saya, karena aplikasi Eviews susah-susah gampang, pakai SPSS
saja. Serius, daripada anda kebingungan pakai SPSS saja! Hehe.
3. Uji Multikolinearitas
Langsung saja, uji
multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah terjadi korelasi linear yang
mendekati sempurna antara lebih dari dua variabel bebas. Jadi intinya, yang
diperbandingkan adalah variabelnya, bukan data-datanya! So, uji
multikolinearitas sama dengan uji heteroskedastisitas juga hukumnya “WAJIB”
dilakukan! Uji ini dilakukan dengan melihat nilai VIF (variance inflation
factor) dan nilai Tolerance (TOL)
setiap variabel. Yang perlu anda ketahui, adalah bahwa nilai VIF = 1/TOL. Jadi kalo
didapatkan TOL = 2, maka nilai VIF-nya? Ya, 0.5 alias 1/2. Standar aman variabel
anda dikatakan bebas dari masalah multikolinearitas adalah jika nilai VIF-nya
kurang dari 10 dan/atau nilai TOL-nya lebih besar dari 0,10 (0,10 ini bukan
berasal dari nilai alpha, seperti 0.1, 0.05, atau 0.01). Caranya? Silahkan di
googling, ada ratusan tutorialnya. Saran saya sekali lagi, pakai SPSS! (tanpa
bermaksud merendahkan Eviews atau STATA hehe).
4. Uji Normalitas
Nah ini dia salah satu uji asumsi
klasik yang harus anda pahami logikanya sama dengan uji autokorelasi. Uji
normalitas dan uji autokorelasi adalah partner
in crime melawan DATA PANEL. Oke, kembali ke laptop. Sebelumnya anda harus
tahu persis apa sih tujuannya uji normalitas? Uji normalitas dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui apakah data anda terdistribusi secara normal atau
tidak. Bila pada data anda terdapat nilai-nilai ekstrim sebagai contoh seperti
-876 atau +876 sedangkan rata-rata data anda berkisar +/-20, maka data anda
tidak terdistribusi secara normal. Lalu, bagaimana dengan rasio keuangan
perusahaan? Perhitungan mereka sudah seperti itu, masa kita mau salahkan
perusahaan yang mengeluarkan data yang jauh beda dengan nilai rata-rata data
perusahaan lain??? Eits… sabar dulu. Kita kembali pada tujuan uji normalitas,
tujuannya adalah untuk mengetahui “APAKAH DATA TIDAK MELENCENG TERLALU JAUH
DARI NILAI RATA-RATA”. So, bila yang anda gunakan berasal dari data sekunder
apalagi bersifat panel dengan sampel yang lebih dari satu perusahaan, maka anda
“dianjurkan” untuk tidak melakukan uji normalitas. Alasannya sama dengan uji
autokorelasi, hasilnya tidak akan ada
artinya sama sekali!!! Maka dari itu, uji normalitas biasanya dilakukan
karena anda menggunakan data primer, terjun langsung ke lapangan, pakai
kuesioner dan sebagainya. Lalu pertanyaannya, apakah semua data sekunder tidak
harus melakukan uji normalitas??? Eits, jangan cepat ambil kesimpulan dulu. Anda
tetap wajib melakukan uji normalitas jika anda mengamati satu perusahaan saja,
meskipun datanya bersifat sekunder.
Oke, sebagai kesimpulan, bagi anda-anda yang memiliki data panel dan hendak melakukan uji asumsi klasik, maka yang diwajibkan bagi anda adalah uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Untuk uji autokorelasi dan normalitas sebaiknya tidak dilakukan, karena hasilnya tidak memberikan makna sama sekali. Dan sekali lagi, tidak ada uji asumsi klasik khusus untuk data panel, karena uji asumsi klasik hanya untuk data yang posisinya jelas apakah time series atau cross section, adapun data panel sendiri lebih bersifat cross section. Adapun untuk uji regresinya silahkan anda menggunakan regresi data panel yang disediakan aplikasi Eviews. Caranya? Silahkan di googling hehe…
Wassalam.
===============
Boleh di share biar lebih
bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa =D
::LOWONGAN KERJA::
TERBUKTI: Modal CUMA 10rb, penghasilan
sampai 6jt/bln.
Segera daftar, info lebih lanjut klik
disini : http://www.mahkotaprofit.com/?id=sukses1
(y)
.
Silahkan : Like ✔
Share ✔ Comment ✔
Tag ✔
Share This Article
Assalamu'alaikum mba, artikel yg sangat bagus dan pemahaman yg luar biasa. Tp bolehkah saya bertanya. Ada uji autokolerasi dgn menguji DW diantara Dl dan 4-du *kalau tdk salah begitu* namun ada jg yg menguji DW diantara -2 & +2 apa fungsinya sama untuk data panel? Kalau sempat mohon dibalas ya mba. Terima kashhh
ReplyDeleteTerima kasih banyak atas infonya,
ReplyDeleteSangat membantu
Terimakasih atas infonya 🙏boleh tau kak referensiny dr mana terkait data panel tdk perlu autokorelasi. Untuk saya jadikan bahan acuan
ReplyDeleteSiang mbak Ratna, apakah sudah dapat referensinya?
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteMba Ainul ini bagaimana sih.. kok malah nganjurin pake spss..lha wong datanya panel.
ReplyDeleteASSALAMULAIKUM MBA, INI ADA DDASAR LITERATURNYA GA YA MBA? SYA BUTUH BANYAK REFERENSI UNTUK MENGUATKAN PENDAPAT SAYA DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI SAYA
ReplyDeleteApakah ada jurnal pendukung atau teorinya ? Saya sangat membutuhkannya. Terima kasih banyak
ReplyDelete